Leader Member Exchange (LMX) dalam Konteks Kepemimpinan

Pengertian leader member exchange

Menurut Robbins (2007, p. 368) “Akibat dari tekanan waktu, pemimpin menetapkan bahwa terdapatnya suatu hubungan spesial dengan suatu group yang terdiri dari sebagian pengikutnya. Group ini dipecah menjadi 2, awal disebut dengan in group, yang terdiri dari orang-orang yang dipercaya serta menemukan ketidakseimbangan dalam perihal ini atensi dari seseorang leader serta cenderung memperoleh hak-hak spesial. Yang kedua disebut dengan out group. Mereka menemukan sedikit dari waktu yang diberikan oleh leadernya, sedikit kontrol yang diberikan oleh leader dalam perihal pemberian penghargaan, serta hubungan leader dengan out group bersumber pada pada hubungan wewenang yang resmi. Agar hubungan leader member exchange senantiasa utuh, pemimpin serta pengikutnya harus saling paham bagaimana metode membina hubungan yang baik.”

Photo by Yan Krukau via Pexels

Pengertian leader member exchange (LMX) sebagaimana pendapat Morrow, et al (2005, p. 682) bahwa “Leader member exchange ialah kenaikan mutu hubungan antara supervisi dengan karyawan akan sanggup tingkatkan kerja keduanya. Tetapi kenyataannya, hubungan antara karyawan serta supervisi bisa dikelompokkan pada 2 hubungan yaitu hubungan yang baik serta hubungan yang kurang baik. Hubungan yang baik akan menghasilkan kepercayaan karyawan, perilaku positif, serta loyalitas, tetapi hubungan yang kurang baik mempengaruhi sebaliknya.”

Pengertian leader member exchange menurut Organ (1998) sebagaimana dilansir oleh Bhal (2006, p. 107) bahwa “perilaku karyawan terhadap perusahaan memiliki kedudukan berarti terhadap keberhasilan suatu organisasi. Perlakuanyang baik terhadap karyawan akan sanggup menghasilkan perasaan suka rela pada diri karyawan untuk dapat berkorban untuk perusahaan. Tidak hanya itu, lewat perlakuan spesial yang positif akan sanggup tingkatkan donasi karyawan pada perusahaan dimana karyawan bekerja.”

Truckenbrodt (2000, p. 233) menyatakan bahwa“ leader member exchange difokuskan pada penilaian terhadap hubungan serta interaksi antara supervisor (atasan) serta bawahan. Tingkat keakraban dari hubungan antara pimpinan serta bawahan ini yang menampilkan terdapatnya gejala dari leader member exchange di perusahaan.”

Dalam suatu organisasi, dimungkinkan ada hubungan yang berbeda antara pimpinan dengan karyawan yang menjadi anak buahnya. Tingkat keakraban hubungan ini biasa disebut dengan leader member exchange.

Menurut Welliam (2003, p. 1), “teori leader member exchange menempatkan konsep hubungan sebagai dasar penilaian terbentuknya leader member exchange. Dalam area organisasi, hingga leader member exchange ini menuju pada hubungan antara pimpinan dengan karyawan yang menjadi pengikut pimpinan.”

Graen and Scandura (1987) sebagaimana dilansir oleh Truckenbrodt (2000, p. 234) menyatakan bahwa “Dalam suatu organisasi dilihat dari hubungan serta interaksi antara atasan serta bawahan, bisa dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu in group serta out group. Perbandingan antara 2 kelompok ini merupakan tingkat keakraban hubungan serta interaksi antara pimpinan serta bawahan. Karyawan yang mempunyai hubungan serta interaksi yang besar antara pimpinan serta bawahan masuk dalam kelompok in group serta di luar kelompok in group merupakan kelompok out group.”

Menurut Graen and Cashman (1975) sebagaimana dilansir oleh Truckenbrodt (2000, p. 234), “tingkat interaksi antara pimpinan serta bawahan dalam suatu organisasi tidak dapat terstandarisasi untuk seluruh karyawan sebab keterbatasan waktu pimpinan bersama karyawan serta keterbatasan sumberdaya perusahaan. Keterbatasan sumberdaya ini lebih menuju pada keterbatasan kapabilitas (keahlian) tiap karyawan dalm bekerja sehingga apresasi yang diberikan pimpinan kepada karyawan pula dimungkinkan berbeda.”

Menurut Leonard (2002, p. 1), bahwa“ uraian terhadap leader member exchange tidak hanya pada jalinan raga, dimana bawahan harus senantiasa menjajaki instruksi atasan, tetapi lebih dalam lagi yaitu jalinan interaksi antara karyawan serta pimpinan. Jalinan interaksi ini menyangkut pada jalinan emosional antara karyawan serta pimpinan.”

Kelompok Karyawan dalam Leader member exchange

Menurut Graen and Cashman (1975) sebagaimana dilansir oleh Truckenbrodt (2000, p. 234), bahwa karyawan dalam kelompok in group dapat diidentifikasikan dari:

a) Terdapatnya perlakuan-perlakuan spesial yang diberikan pimpinan kepada karyawan

Karyawan yang masuk kelompok in group cenderung memperoleh perlakuan spesial dari pimpinan, misalnya perihal kompensasi kerja, toleransi absensi kerja serta yang lain.

b) Terdapatnya atensi yang mencukupi dari pimpinan terhadap karyawan.

Karyawan dalam kelompok in group akan memperhitungkan pimpinan mempunyai atensi yang mencukupi kepada karyawan.

c) Terdapatnya keyakinan pimpinan terhadap karyawan serta sebaliknya.

Pimpinan menyimpan keyakinan kepada pimpinan serta demikian pula sebaliknya yaitu karyawan mempercayai pimpinan untuk berbuat yang terbaik untuk karyawan.

d) Keinginan menerima tambahan tanggung jawab dari perusahaan.

Karyawan yang masuk dalam kelompok in group ingin diserahi tanggung jawab untuk pekerjaan yang yang lain, walaupun sesungguhnya bukan menjadi tanggung jawab karyawan bersangkutan.

e) Keinginan karyawan untuk menerima tugas yang tidak terstruktur.

Karyawan yang masuk dalam kelompok in group ingin menerima tugas yang tidak terstruktur yaitu tugas-tugas yang sifatnya tiba-tiba serta bisa jadi bukan pekerjaan yang sepatutnya ditanagni karyawan bersangkutan. Misalnya karyawan bagian produksi dimohon pimpinan untuk membawakan pesan, menjemput anggota keluarga pimpinan, serta yang lain.

f) Keinginan karyawan untuk secara sukarela bekerja tambahan di perusahaan

Next Post Previous Post