Manajemen Stres Kerja

Pengertian Manajemen Stres Kerja

Manajemen stres lebih daripada sekedar mengatasinya, ialah betajar menanggulanginya secara adaptif serta efektif. Hampir sama berartinya untuk mengenali apa yang tidak boleh dilakukan serta apa yang harus dicoba. Sebagian para penderita stres di tempat kerja akibat persaingan, kerap melampiaskan dengan metode bekerja lebih keras yang kelewatan.

Ini tidaklah metode efisien yang apalagi tidak menciptakan apa-apa untuk membongkar karena dari stres, malah akan menaikkan permasalahan lebih jauh. Saat sebelum masuk ke cara-cara yang lebih khusus untuk menanggulangi stressor tertentu, harus diperhitungkan sebagian pedoman umum untuk memacu perubahan serta penanggulangan.

Photo by Andrea Piacquadio via Pexels

Uraian prinsip dasar, menjadi bagian berarti agar seorang sanggup merancang pemecahan terhadap permasalahan yang timbul paling utama yang berkait dengan pemicu stres dalam hubungannya di tempat kerja. Dalam hubungannya dengan tempat kerja, stres bisa mencuat pada sebagian tingkat, berjajar dari ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu sebab kesalahpahaman atasan ataupun bawahan.

Atau terlebih lagi dari karena tidak terdapatnya keterampilan (khususnya ketrampilan manajemen) sampai hanya tidak menggemari seorang dengan siapa harus bekerja secara dekat (Margiati, 1999: 76). Suprihanto dkk (2003: 63-64) berkata bahwa dari sudut pandang organisasi, manajemen bisa jadi tidak takut bila karyawannya hadapi stres yang ringan. Sebabnya sebab pada tingkat stres lertentu akan membagikan akibat positif, sebab perihal ini akan menekan mereka untuk melaksanakan tugas lebih baik.

Namun pada tingkat stres yang besar ataupun stres ringan yang berkelanjutan akan membuat menyusutnya kinerja karyawan. Stres ringan bisa jadi akan membagikan keuntungan untuk organisasi, namun dari sudut pandang individu perihal tersebut bukan ialah perihal yang diinginkan. Hingga manajemen bisa jadi akan berpikir untuk memberikan tugas yang menyertakan stress ringan untuk karyawan untuk membagikan dorongan untuk karyawan, tetapi sebaliknya itu akan dialami sebagai tekanan oleh sang pekerja.

Pendekatan Pengelolaan Stres Kerja

Hingga dibutuhkan pendekatan yang tepat dalam mengelola stres, ada dua pendekatan yaitu pendekatan individu serta pendekatan organisasi.

Pendekatan Individual

Seseorang karyawan bisa berupaya sendiri untuk mcngurangi tingkat stresnya. Strategi yang bertabiat individual yang lumayan efisien yaitu; pengelolaan waktu, latihan raga, latihan relaksasi, serta sokongan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik hingga seseorang karyawan bisa menuntaskan tugas dengan baik, tanpa terdapatnya tuntutan kerja yang tergesa-gesa.

Dengan latihan raga bisa tingkatkan keadaan badan agar lebih prima sehingga sanggup mengalami tuntutan tugas yang berat. Tidak hanya itu untuk kurangi sires yang dialami pekerja pcrlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Serta sebagai stratcgi terakhir untuk kurangi stres merupakan dengan roengumpulkan teman, kolega, keluarga yang akan bisa membagikan sokongan serta saran-saran untuk dirinya.

Pendekatan Organisasional

Sebagian pemicu stres merupakan tuntutan dari tugas serta kedudukan dan struktur organisasi yang scmuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor itu bisa diganti. Oleh sebab itu strategi-strategi yang bisa jadi digunakan oleh manajemen untuk kurangi stres karyawannya merupakan lewat seleksi serta penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, serta program kesejahteraan.

Lewat strategi tersebut akan menyebabkan karyawan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya serta mereka bekerja untuk tujuan yang mereka mau dan terdapatnya hubungan interpersonal yang sehat dan perawatan terhadap keadaan raga serta mental. Secara umum strategi manajemen stres kerja bisa dikelompokkan mcnjadi strategi penindakan individual, organisasional serta sokongan sosial (Margiati, 1999: 77-78):

1. Strategi Penindakan Individual

Yaitu strategi yang dibesarkan secara pribadi ataupun individual. Strategi individual ini dapat dilakukan dengan sebagian metode, antara lain:

a. Melaksanakan perubahan respon perilaku ataupun perubahan respon kogtiitif.

Artinya, bila seseorang karyawan merasa dirinya ada peningkatan ketegangan, para karyawan tersebut sepatutnya time out terlebih dulu. Metode time out ini dapat macam-macam, seperti rehat sejenak tetapi masih dalam ruangan kerja, keluar ke ruang rehat (bila sediakan), berangkat sebentar ke kamar kecil untuk membilas muka air dingin ataupun berwudlu untuk orang Islam, serta sebagainya.

b. Melaksanakan reiaksasi serta meditasi.

Aktivitas relaksasi serta medilasi ini dapat dilakukan di rumah pada malam hari ataupun hari-hari libur kerja. Dengan melaksanakan relaksasi, karyawan bisa membangkitkan perasaan rileks serta aman. Dengan demikian karyawan yang melaksanakan relaksasi diharapkan bisa mentransfer keahlian dalam membangkitkan perasaan rileks ke dalam perusahaan di mana mereka hadapi suasana stres. Sebagian metode meditasi yang biasa dilakukan merupakan dengan menutup ataupun memejamkan mata, menghilangkan benak yang mengusik, setelah itu lambat-laun mengucapkan doa.

c. Melaksanakan diet serta fitnes. Sebagian metode yang dapat ditempuh merupakan kurangi masukan ataupun konsumsi garam serta santapan memiliki lemak, perbanyak konsumsi santapan yang bervitamin seperti buah-buahan serta sayur-mayur, serta banyak melaksanakan berolahraga, seperti lari secara teratur, tenis, bulu tangkis, serta sebagainya (Baron&Greenberg dalam Margiati, 1999: 78).

2. Strategi-strategi Penindakan Organisasional.

Strategi ini didesain oleh manajemen untuk menghilangkan ataupun mengendalikan penekan tingkat organisasional untuk menghindari ataupun kurangi stres kerja untuk pekerja individual. Manajemen stres lewat organisasi bisa dilakukan dengan:

a. Menghasilkan hawa organisasional yang menunjang.

Banyak organisasi besar saat ini cenderung memformulasi struktur birokratik yang tinggi dengan menyertakan infleksibel, iktim impersonal. Ini bisa bawa pada stres kerja yang serius. Suatu strategi pengaturan bisa jadi membuat struktur tebih terdesentralisasi serta organik dengan pembuatan keputusan partisipatif serta aliran komunikasi ke atas. Perubahan struktur serta proses struktural bisa jadi menghasilkan Hawa yang lebih menunjang untuk pekerja, membagikan mereka lebih banyak kontrol terhadap pekerjaan mereka, serta bisa jadi menghindari ataupun kurangi stres kerja mereka.

b. Memperkaya desain tugas-tugas dengan memperkaya kerja baik

dengan tingkatkan faktor isi pekerjaaan (seperti tanggung jawab, pengakuan, serta peluang untuk pencapaian, kenaikan, serta perkembangan) ataupun dengan tingkatkan karakteristik pekerjaan pusat seperti alterasi skill, bukti diri tugas, Signifikansi tugas, otonomi, serta timbal balik bisa jadi bawa pada statment motivasional ataupun pengalaman berani, tanggung jawab, pengetahuan hasil-hasil.

c. Kurangi konflik serta mengklarifikasi kedudukan organisasional.

Konflik kedudukan serta ketidakjelasan diidentifikasi lebih dini sebagai suatu penekan individual utama. Ini mengacu pada manajemen untuk kurangi konflik serta mengklarifikasi kedudukan organisasional sehingga pemicu stress ini bisa dihilangkan ataupun dikurangi. Tiap-tiap pekerjaan memiliki ekspektansi yang jelas serta berarti ataupun suatu pengertian yang ambigu dari apa yang ia kerjakan.

Suatu strategi klarifikasi kedudukan yang khusus membolehkan seorang mengambil suatu peranan menciptakan suatu catatan ekspektansi dari masingmasing pengirim kedudukan. Catatan ini setelah itu akan dibanding dengan ekspektansi fokal seorang, serta banyak perbandingan akan secara terbuka didiskusikan untuk mengklarifikasi ketidakjelasan serta negoisasikan untuk membongkar konflik.

d. Rencana serta pengembangan jalan karir serta sediakan konseling.

Secara tradisional, organisasi sudah hanya menampilkan lewat kepentingan dalam perencanaan karir serta pengembangan pekerja mercka. Individu dibiarkan untuk memutuskan gerakan serta slrategi karir sendiri.

3. Strategi Sokongan Sosial.

Untuk kurangi stres kerja, diperlukan sokongan sosial paling utama orang yang terdekat, seperti keluarga, sahabat sekerja, pemimpin ataupun orang lain. Agar diperoleh sokongan optimal, diperlukan komunikasi yang baik pada seluruh pihak, sehingga sokongan sosial bisa diperoleh seperti dikatakan Landy (dalam Margiati, 1999: 78) serta Goldberger&Breznitz (dalam Margiati, 1999: 78).

Karyawan bisa mengajak berdialog orang lain tentang permasalahan yang dialami, ataupun setidaknya ada tempat mengadu atas keluh kesahnya (Minner dalam Margiati, 1999: 78).

Ada 4 pendekatan terhadap stres kerja, yaitu sokongan social (social support), meditasi (meditation), biofeedback, serta program kesehatan pribadi (personal wellness programs). Pendekatan tersebut sesuai dengan pendapat Keith Davis& John W. Newstrom, (dalam Mangkunegara, 2002: 157-158) yang mengemukakan bahwa" Four approaches that of ten involve employee and management cooperation for stres management are social support, meditation, biofeedback and personal wellnes programs".

1. Pendekatan sokongan sosial.

Pendekatan ini dilakukan lewat kegiatan yang bertujuan membagikan kepuasan sosial kepada karyawan. Misalnya: bennam permainan, serta bercanda.

2. Pendekatan lewat meditasi.

Pendekatan ini perlu dilakukan karyawan dengan metode berkonsentrasi ke alam benak, mengcndorkan kerja otot, serta menenangkan emosi meditasi ini bisa dilakukan sepanjang dua periode waktu yang tiap-tiap 15-20 menit. Meditasi bias dilakukan di ruangan spesial.

3. Pendekatan lewat biofeedback.

Pendekatan ini dilakukan lewat tutorial kedokteran. Lewat tutorial dokter, psikiater, serta psikolog, sehingga diharapkan karyawan bisa menghilangkan stress yang dialaminya.

4. Pendekatan kesehatan pribadi.

Pendekatan ini ialah pendekatan preventif saat sebelum terbentuknya stres. Dalam perihal ini karyawan secara periode waktu yang kontinyu mengecek kesehatan, melaksanakan relaksasi otot, pengaturan gizi, serta berolahraga secara tertib.

Mengetahui pemicu stres serta wujud reaksinya, hingga ada 3 pola dalam menanggulangi stres, yaitu pola sehat, pola harmonis, serta pola psikologis (Mangkunegara, 2002: 158-159):

Pola sehat

Pola sehat merupakan pola mengalami stres yang terbaik yaitu dengan keahlian mengelola perilaku serta aksi sehingga terdapatnya stres tidak memunculkan kendala, akan namun menjadi lebih sehat serta tumbuh. Mereka yang terkategori kelompok ini umumnya sanggup mengelola waktu serta banyak aktivitas dengan metode yang baik serta tertib sehingga dia tidak perlu merasa ada suatu yang memencet, walaupun sebenamya tantangan serta tekanan lumayan banyak.

Pola harmonis

Pola harmonis merupakan pola mengalami stres dengan keahlian mengelola waktu serta aktivitas secara harmonis serta tidak memunculkan bermacam hambatan. Dengan pola ini, individu sanggup mengatur bermacam banyak aktivitas serta tantangan dengan metode mengendalikan waktu secara tertib.

Individu tersebut senantiasa mengalami tugas secara tepat, serta jika perlu dia mendelegasikan tugas-tugas tertentu kepada orang lain dengan membagikan keyakinan penuh. Dengan demikian, akan terjalin keharmonisan serta penyeimbang antara tekanan yang diterima dengan respon yang diberikan. Demikian pula terhadap keharmonisan antara dirinya serta area.

Pola patologis.

Pola patologis merupakan pola mengalami stres dengan berakibat bermacam kendala raga ataupun sosial-psikologis. Dalam pola ini, individu akan mengalami bermacam tantangan dengan cara-cara yang tidak mempunyai keahlian serta keteraturan mengelola tugas serta waktu. Metode ini bisa memunculkan reaksireaksi yang beresiko sebab dapat memunculkan bermacam masalah-masalah yang kurang baik.

Untuk mengalami stres dengan metode sehat ataupun harmonis, pasti banyak perihal yang bisa dikaji. Dalam mengalami stres, bisa dilakukan dengan 3 strategi yailu,

(a) memperkecil serta mengatur sumber-sumber stres,

(b) menetralkan akibat yang ditimbulkan oleh stres, serta

(c) tingkatkan daya tahan pribadi. Dalam strategi awal, perlu dilakukan penilaian terhadap suasana sumbersumber stres, meningkatkan alternatif aksi, mengambil aksi yang ditatap sangat tepat, mengambil aksi yang lebih positif.

Strategi kedua, dilakukan dengan mengatur bermacam respon baik jasmaniah, emosional, ataupun bentuk-bentuk mekanisme pertahanan diri. Dalam membentuk mekanisme pertahanan diri bisa dilakukan dengan bermacam metode. Misalnya menangis, menggambarkan permasalahan kepada orang lain, humor (melucu), rehat serta sebagainya.

Sebaliknya dalam mengalami respon emosional, merupakan dengan mengatur emosi secara sadar, serta mcndapatkan sokongan sosial dari area. Strategi ketiga, dilakukan dengan menguatkan diri sendiri, yaitu dengan lebih menguasai diri, menguasai orang lain, meningkatkan ketrampilan pribadi, olahraga secara tertib, beribadah, pola-pola kerja yang teralur serta disiplin, meningkatkan tujuan serta nilai-nilai yang lebih realistik.

Next Post Previous Post