Economic Value Added (EVA) Sebagai Konsep Pengukuran Kinerja Keuangan

Definisi EVA Menurut Para Ahli

Konsep EVA ialah sesuatu konsep evaluasi kemampuan keuangan perusahaan yang dibesarkan oleh Stem Stewart & Co, suatu perusahaan konsultan manajemen keuangan di Amerika Serikat. Konsep EVA membuat perusahaan lebih mementingkan atensi ke usaha penciptaan nilai perusahaan serta memperhitungkan kemampuan keuangan perusahaan dengan cara seimbang yang diukur dengan mempergunakan dimensi tertimbang (weighted) dari bentuk modal dini yang terdapat (Widayanto, 1994: 188).

Dengan enumerasi EVA diharapkan bisa mendapatkan hasil kalkulasi pada usaha penciptaan nilai perusahaan (Creating a Firms value) yang lebih realistis. Menurut Kiryanto (1997: 125) Nilai dapat dimaksud “nilai guna, daya guna ataupun benefits yang dinikmati oleh Stakeholders”. 

Perihal ini diakibatkan sebab EVA dihitung bersumber pada kebutuhan kreditur serta paling utama para pemegang saham serta bukan berdasar nilai buku yang bertabiat historis. Sebab seseorang penanam modal yang logis pasti akan melandaskan keputusannya pada informasi keuangan yang sangat up to date, bukan pada informasi yang bertabiat historis.

Photo by Thirdman: Via Pexels

Konsep EVA ialah pendekatan terkini dalam memperhitungkan kemampuan perusahaan dengan cara seimbang yang artinya konsep EVA mencermati seluruhnya para penyandang anggaran dalam hai kebutuhan, impian serta bagian kesamarataan, yang diukur dengan mempergunakan dimensi tertimbang (weighted) serta bentuk modal dini yang terdapat (Widayanto, 1993: 195). 

Sebaliknya penafsiran Economic Value Added menurut Widayanto (1993: 115) merupakan: EVA dilandasi pada konsep kalau dalam pengukuran keuntungan sesuatu perusahaan kita wajib dengan seimbang memikirkan impian tiap fasilitator anggaran (kreditur dun pernegung saham). 

Bagian kesamarataan itu diklaim dengan dimensi tertimbang (weighted) dari bentuk modal yang terdapat. Untuk itulah perlu uraian mengenai konsep biaya modal (cost of capital) oleh Nitami memanglah berasal dari sini.

Dengan begitu bisa dibilang kalau EVA ialah sesuatu alat analisa keuangan untuk memperhitungkan profitabilitas yang realistis dari pembedahan perusahaan serta EVA mempergunakan biaya modal dalam perhitungannya. 

Tidak hanya itu EVA pula memikirkan dengan seimbang impian para penyandang anggaran, lewat kalkulasi biaya modal tertimbang dari bentuk modal perusahaan. Konsep EVA ialah sesuatu konsep terkini yang pergi dari konsep lama ialah biaya modal (cost of capital). 

Konsep ini ialah sesuatu konsep yang dipakai untuk mengenali berapa biaya yang wajib dikeluarkan oleh perusahaan sebagai dampak dari pemakaian anggaran untuk pembelian benda serta modal atau modal kegiatan. Penafsiran biaya modal itu sendiri menurut Van Home serta Wachowicz (1992: 432) merupakan:“ Cost of Capital is the required rate of return on the vurious types of financing”.

Definisi itu mengidentifikasikan kalau biaya modal ialah tingkatan pengembalian yang wajib digapai oleh perusahaan supaya bisa menutup bobot keuangan atas pemakaian pangkal anggaran waktu panjangnya.

Konsep cost of capital (COC) ialah konsep yang amat berarti dalam aktivitas pembedahan perusahaan sebab menyangkut 3 (3) perihal. \

Pertama, bertepatan dengan ketetapan pengaggaran modal yang menginginkan ditaksir biaya modal untuk penganggaran yang pas. 

Kedua, bertepatan dengan bentuk keuangan perusahaan yang pengaruhi tingkatan efek serta besarnya arus pemasukan alhasil pengaruhi pula penentuan biaya modal, serta 

Ketiga, bertepatan dengan keputusan- keputusan lain yang membutuhkan ditaksir biaya modal. (Weston serta Brigham, 1991: 218). Ditatap dari ujung pembelanjaan perusahaan, konsep cost of capital dimaksudkan untuk bisa memastikan besarnya biaya dengan cara riil wajib dijamin oleh perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. 

Semacam opini Riyanto (1995: 246) kalau konsep cost of capital itu dimaksudkan untuk bisa memastikan besarnya biaya riil dari pemakaian modal dari tiap- tiap pangkal anggaran.

Evaluasi biaya modal ini wajib dilakukan dengan cepat serta cermat, sebab evaluasi perusahaan amat liabel kepada pemakaian biaya modal ini. Perhitungan biaya modal dihitung dari metode pembiayaan yang dipakai ialah pada pos- pos yang ada disisi kanan neraca contoh pinjaman, saham preferen serta sham lazim. 

Besarnya biaya modal memastikan besarnya biaya dengan cara riil wajib dijamin oleh perusahaan untuk mendapatkan anggaran dari sesuatu pangkal (Riyanto, 1995: 245). Bila perihal ini berhubungan dengan kalkulasi biaya modal pada umumnya tertimbang dihitung dari biaya bagian modal dikalikan dengan aransemen tiap- tiap bagian. 

Daya beli warga kepada sesuatu tipe pemodalan pula akan pengaruhi biaya modal (Martin serta Keown, 1993: 299). Daya beli ini dipengaruhi oleh keadan ekonomi besar yang lagi terjalin bila kondisi ekonomi warga bagus, sehingga daya beli warga akan naik, alhasil tingkatan pengembalian akan turun serta akan bisa memencet biaya. Menurut Martin serta Keown (1993: 299) faktor- faktor yang memastikan biaya modal merupakan: 

1. Keadaan- kondisi umum perekonomian

Aspek ini memastikan permohonan serta ijab modal dalam perekonomian semacam perihalnya tingkatan inflasi, elastis perekonomian terlihat pada tingkatan hasil leluasa efek. Tingkatan ini melukiskan tingkatan hasil atas sesuatu pemodalan leluasa efek semacam kaum bungan pesan bernilai waktu pendek.

2. Keadaan- keadaan pasar

Bila para penanam modal tingkatkan tingkatan hasil minimumnya, ini akan menyebabkan biaya modal berbarengan bertambah. Bila pesan bernilai tldak dipromosikan dikala para penanam modal mau mendagangkannya ataupun apalagi bila permohonan yang berkelanjutan untuk pesan ini terdapat, tetapi harga berganti dengan cara penting, penanam modal akan membutuhkan tingkatan hasil yang relatif lebih besar. 

Di lain pihak, biula sesuatu pesan bernilai gampang dipromosikan serta biayanya relatif normal para penanam modal akan menginginkan tingkatan hasil yang lebih kecil serta biaya modal perusahaan akan kecil. 

3. Ketetapan pembedahan serta pembiayaan perusahaan

Efek ataupun tingkatan pergantian hasil pula disebabkan oleh keputusan- keputusan yang didapat dalam perusahaan. Efek yang disebabkan oleh ketetapan ini dengan cara umum dipecah jadi 2 tipe ialah: 

Pertama, efek keuangan merupakan melonjaknya heterogenitas hasil untuk pemegang saham umum. Tingkatan hasil minimal para penanam modal (serta pula biaya modal) akan beranjak dalam arah yang serupa.

Kedua, efek bidang usaha merupakan tingkatan alterasi hasil dari aktiva- aktiva serta disebabkan oleh ketetapan pemodalan perusahaan itu.

4. Besarnya pembiayaan.

Apabila kebutuhan pembiayaan sesuatu perusahaan membengkak, berat biaya modalnya akan bertambah dengan bermacam alibi. Sebagai semisal, apabila terus menjadi banyak pesan bernilai yang diterbitkan, biaya mengambang (floation cost) perusahaan akan pengaruhi prosentase biaya dari modal untuk perusahaan. 

Biaya modal ialah konsep yang bisa memastikan besarnya biaya yang dengan cara riil wajib dijamin oleh perusahaan, sebagai dampak pemakaian dananya. Bagian biaya modal bisa dibedakan atas biaya modal hutang ialah membuktikan seberapa besar biaya yang wajib dijamin oleh perusahaan. Ada bermacam tipe pinjaman, namun yang jadi titik pembahasan pinjaman disini merupakan biaya modal atas surat pinjaman. 

Perihal ini diakibatkan sebab tipe utang lain besarnya didetetapkan oleh kreditur. Opini Weston serta Brigham (1991: 425) mengenai biaya modal hutang merupakan:" Biaya bagian pinjaman yang dipakai untuk perhitungan biaya materi pada umumnya tertimbang merupakan kaum bunga pinjaman (Kd) dikalikan dengan (l- t), dimana t merupakan bayaran pajak perusahaan yang berhubungan“. biaya modal saham preferen ialah kombinasi dari saham lazim serta pinjaman (surat pinjaman). 

Saham preferen ini memberati peranan perusahaan untuk melaksanakan pembayaran pada pemegangnya dengan cara periodik. Biaya bagian saham preferen yang digunakan untuk menghitung biaya modal tertimbang bisa dihitung dari deviden preferen (Dp) dengan harga netto (Pn). biaya modal saham lazim yang besarnya deviden saham lazim tidak didetetapkan pada dikala penanam modal memusatkan anggaran, namun bertabiat tidak pasti (uncertain) terkait kemampuan perusahaan itu pada waktu yang akan tiba.

Perihal ini berlainan dengan modal pinjaman, sebab telah terdapat kejelasan tingkatan bunga yang disetujui untuk menghargai biaya modal saham lazim perlu pendekatan bersumber pada tingkatan pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham (owners Expectation). 

Itulah penyebabnya sehingga untuk memastikan biaya modal saham lazim wajib bersumber pada nilai pasar yang legal serta bukan nilai buku. 3 bentuk awal dalam memastikan biaya modal saham perusahaan dokter atas bersumber pada informasi di pasar modal serta untuk menghitung biaya modal saham pengarang memakai pendekatan CAPM. 

Biaya modal keuntungan ditahan merupakan bagian pemasukan perusahaan yang tidak dibagikan sebagai deviden, namun ditahan oleh perusahaan serta diinvestasikan balik untuk menguatkan permodalan perusahaan. 

Walaupun anggaran ini didapat dengan gampang, namun bukan berarti tidak terdapat anggaran yang wajib dikeluarkan. Alibi perlu diperhitungkannya biaya modal untuk keuntungan ditahan dalah sebab prinsip Opportunity cost, dalam perihal ini cocok dengan tingkatan penyembuhan yang akan didapat para pemegang saham seandainya bagian keuntungan ini dibagikan sebagai deviden. 

Biaya modal pada umumnya tertimbang EVA ialah konsep yang berdasarkan pada prinsip kalau dalam pengukuran keuntungan perusahaan kita wajib dengan seimbang memikirkan impian tiap penyandang anggaran (kreditur serta pemegang saham), bagian kesamarataan itu diklaim dengan dimensi tertimbang dari bentuk modal yang terdapat dalam perusahaan. 

Sehabis seluruh biaya dari bermacam tipe modal diresmikan dengan cara perseorangan yang ialah estimasi yang dibutuhkan untuk mengutip sebagian ketetapan pendanaan, berikutnya perlu diperhitungkan biaya modal perusahaan dengan cara totalitas. 

Determinasi/Penentuan EVA

Langkah- langkah untuk memastikan EVA (Mikke Rousana, 1997: 19) merupakan sbb:

1. Menghitung cost of debt

2. Menghitung cost of common stock

3. Menghitung bentuk investasi dari neraca

4. Menghitung NOPAT

5. Menghitung tingkatan pengembalian (r)

6. Menghitung biaya modal pada umumnya tertimbang

7. Menghitung EVA

Langkah- langkah yang perlu dicoba untuk memperoleh dimensi EVA menurut Widayanto (1994: 223) merupakan sebagai berikut:

1. Menghitung ataupun memperkirakan biaya materi pinjaman (cost of debt)

Biaya pinjaman (cost of debt) ialah rate yang wajib dibayar oleh perusahaan di dalam pasar saat ini untuk memperoleh pinjaman waktu panjang yang terkini. Yang dimaksudkan disini merupakan pinjaman surat pinjaman. 

Perhitungannya bisa dicoba dengan menghitung biaya pinjaman saat sebelum pajak, dimana besarnya biaya modal merupakan serupa dengan tingkatan couponya, ialah tingkatan bunga yang dibayarkan untuk masing- masing lembar surat pinjaman. Kalkulasi yang lain merupakan dengan metode menghitung biaya pinjaman sehabis pajak, dengan memperbanyak kaum bunga pinjaman (1- t), dimana t merupakan bayaran pajak perusahaan yang berhubungan.

2. Menghargai biaya modal saham (cost of equity)

Kalkulasi biaya modal (cost of equity) bisa dicoba dengan memakai sebagian pendekatan, antara lain CAPM yang memandang cost of equity sebagai enumerasi dari tingkatan bunga tanpa efek serta beda tingkatan pengembalian yang diharapkan dari portofolio pasar dengan tingkatan bungan tanpa efek dikalikan dengan efek yang analitis perusahaan (nilai beta perusahaan). 

Pendekatan deviden yang memandang cost of equity sebagai nilai deviden per harga saham ditambah dengan prosentase perkembangan dari deviden itu ataupun dengan pendekatan price earning yang memandang cost of equity sebagai nilai dari peperangan per saham dipecah dengan harga saham saat ini.

3. Menghitung bentuk investasi (dari neraca)

Modal ataupun capital ialah jumlah anggaran yang ada untuk perusahaan untuk mendanai perusahaannya yang ialah enumerasi dari keseluruhan pinjaman serta modal Saham.

4. Menghitung biaya modal pada umumnya tertimbang (weighted average cost of capital- WACC)

WACC ialah pada umumnya tertimbang biaya pinjaman serta modal sendiri, melukiskan tingkatan pengembalian pemodalan minimal untuk memperoleh tingkatan pengembalian yang diharapkan oleh penanam modal. Dengan begitu perhitungannya akan melingkupi kalkulasi tiap- tiap komponennya, ialah biaya pinjaman (cost of debt), biaya modal saham (cost of equity), dan nisbah masing- masing di dalam bentuk modal perusahaan.

5. Menghitung EVA

Dicoba dengan kurangi keuntungan operasional sehabis pajak dengan biaya modal yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan. Untuk memandang apakah dalam perusahaan sudah terjalin EVA ataupun tidak, bisa didetetapkan dengan patokan yang dikemukakan oleh Widayanto (1994) sebagai berikut:

1. EVA > 0, sehingga sudah tejadi nilai imbuh murah (NITAMI) dalam perusahaan, alhasil terus menjadi besar EVA yang diperoleh sehingga impian para penyandang anggaran bisa terkabul dengan bagus, ialah memperoleh pengembalian pemodalan yang serupa ataupun lebih dari yang diinvestasikan serta kreditur memperoleh bungan. 

Kondisi ini membuktikan kalau perusahaan sukses menghasilkan nilai (create value) untuk pemilik modal alhasil menunjukkan kalau kemampuan keuangannya sudah bagus.

2. EVA < 0, sehingga membuktikan tidak terjalin cara nilai imbuh murah (NITAMI) untuk perusahaan, sebab keuntungan yang ada tidak dapat penuhi impian para penyandang anggaran paling utama pemegang saham ialah tidak memperoleh pengembalian yang setimpal dengan pemodalan yang ditanamkan serta kreditur senantiasa memperoleh bungan. 

Alhasil dengan tidak terdapat nilai tambahnya membawa alamat kemampuan keuangan perusahaan kurang bagus. 

3. EVA= 0, sehingga membuktikan posisi beres sebab seluruh keuntungan yang sudah dipakai untuk melunasi peranan pada penyandang anggaran bagus kreditur serta pemegang saham.


Sebagai sesuatu permasalahan kenyataan, EVA ini cumalah sesuatu dimensi yang bisa mensupport evaluasi memandang ke depan serta prosedur- prosedur capital budgeting dengan sesuatu metode yang mana kemampuan bisa dievaluasi. 

Untuk lebih bertabiat praktek, EVA sebagai sesuatu alat ukur dapat dipakai untuk penentuan target, menilai kemampuan, penentuan bonus- bonus serta untuk capital budgeting. 

Menurut Roger Mills serta Carole Print (Mills, Print, 1995: 35), EVA ialah pendekatan yang bisa dipakai untuk mengukur profit atau kehilangan keuangan yang potensial diperoleh para pemegang saham dampak strategi manajemen dalam pemerolehan, pemodalan serta restrukturisasi.

Menurut MH Armitage serta Vijay Jog, EVA menarik sebab 3 factor ialah (Armitrage, Jog, 1996 22): 

1. Dalam menyamakan metode arus kas yang didiskontokan akan membagikan sesuatu nilai yang diharapkan pada sesuatu durasi dari pemodalan di era depan, EVA sediakan sesuatu pengukuran tahunan dari kemampuan penciptaan nilai yang sesungguhnya (bukan khianat).

2. Hasil EVA (positif atau minus) menelusuri lebih dekat ke keselamatan para pemegang saham dibanding dengan ukuran- ukuran konvensional yang lain.

 3. EVA meluruskan strategi- strategi organisasi yang di idamkan dengan pengukuran kemampuan yang akuran serta prosedur- prosedur ganti rugi.

 

Oleh sebab itu sehingga tiap perusahaan pasti membutuhkan EVA naik, sebab EVA merupakan dorong ukur elementer dari tingkatan pengembalian modal (return of capital). Terdapat 3 metode untuk meningkatkan NITAMI, menurut Widayanto (1994: 277) merupakan sebagai berikut:

 

1. Kadar profit (keuntungan) tanpa memakai bonus modal Cost cutting telah ialah metode yang amat terkenal berusia ini. Aktivitas ini akan bawa ke aktivitas yang membabi tunanetra serta tidak efisien dalam meningkatkan NITAMI.

 

2. Mengurangi konsumsi modal

 

Dalam praktek, metode ini kerapkali sangat efisien meningkatkan NITAMI. Coke memakai bungkusan plastik untuk concentratenya dari memakai bungkusan metal.

 

3. Jalani pemodalan pada proyek- proyek dengan tingkatan pengembalian besar.

 

Pastikan kalau proyek- proyek itu dapat memperoleh lebih cuma hanya biaya modal totalitas yang dibutuhkan.

 

Bermacam paparan diatas nyata nampak, kalau EVA paling utama dipakai sebagai juru banding kemampuan perusahaan dimana fokus evaluasi kemampuan merupakan pada penciptaaan nilai (value creation) yang ialah salah satu keunggulan EVA.

 

Menurut Mirza (1997: 299) mengatakan keunggulan lain dari EVA merupakan: EVA mementingkan evaluasi pada nilai imbuh dengan memperkirakan bebanbiaya modal sebagai akibat pemodalan. kalkulasi Eva bisa dipergunakan dengan cara mandiri tanpa membutuhkan informasi pembeda semacam standar pabrik ataupun informasi perusahaan lain sebagai konsep evaluasi dengan memakai analisa ratio. Konsep EVA merupakan alat juru ukur pegawai perusahaan yang memandang bidang murah dalam pengukurannya yaitu

 

dengan mencermati impian para penyandang anggaran dengan cara seimbang, dimana bagian kesamarataan diklaim dengan dimensi tertimbang dari bentuk modal yang terdapat serta prinsip pada nilai pasar serta bukan pada nilai buku. 

Konsep EVA bisa dipakai sebagai bawah evaluasi pemberian tambahan pada pegawai paling utama pada bagian yang membagikan EVA lebih, pada perusahaan yang memiliki bentuk terdiri dari sebagian bagian sesuatu keuntungan center, alhasil bisa dibilang kalau EVA ialah dorong ukur yang pas untuk melaksanakan Stakeholders Satisfaction Concepts ialah mencermati pegawai, klien, serta investor. 

Pengaplikasian EVA yang gampang membuktikan kalau konsep itu ialah dimensi yang efisien, gampang dihitung serta gampang dipakai, sehingga ialah salah satu materi estimasi dalam memesatkan pengumpulan ketetapan bidang usaha.

Walaupun konsep EVA mengarah pada kemampuan operasional akan namun amat mempengaruhi untuk dipikirkan dalam determinasi arah strategi kemajuan portofolio perusahaan. Sebagai ilustrasi apabila sesuatu bagian upaya senantiasa memiliki EVA yang minus, mungkin telah waktunya perusahaan biangnya menyudahi untuk pergi dari bidang usaha khusus. 

Alhasil bisa dibilang kalau EVA ialah sesuatu metode penilaian yang dengan cara cermat serta menyeluruh sanggup membagikan evaluasi dengan cara alami atas situasi sesuatu perusahaan. Memandang bermacam keunggulan EVA, nyatanya pula memiliki kelemahan- kelemahan yang dikatakan Mirza (1997: 197- 198) sebagai berikut: 

1.  EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur aktivitas- aktivitas determinan semacam kepatuhan serta tingkatan penahanan pelanggan.

2. EVA sangat bertumpu pada agama kalau penanam modal amat memercayakan pendekatan elementer dalam menelaah serta mengutip ketetapan untuk menjual ataupun membeli saham khusus, sementara itu faktor- faktor lain sering- kali justruk lebih berkuasa.

3. Konsep ini amat terkait pada kejernihan dalam dalam kalkulasi EVA dengan cara cermat.


Meski ada sebagian kelemahan, EVA senantiasa bermanfaat untuk dijadikan referensi, mengenang EVA membagikan estimasi atas impian penanam modal kepada investasi mereka. Pengembalian dari sesuatu pemodalan, terkini akan berarti bila besarnya pengembalian itu melampaui biaya modal yang dikeluarkan untuk mewujudkan pemodalan itu.

Sebagian khasiat yang bisa didapat dari EVA menurut Siddharta (1997: 176- 177) merupakan:

1. Evaluasi kemampuan dengan memakai pendekatan EVA menyebabkan atensi manajemen cocok dengan ketetapan pemegang saham.

2. Dengan EVA para eksekutif akan berasumsi serta berperan semacam perihalnya pemegang saham ialah memilah pemodalan yang mengoptimalkan tingkatan pengembalian serta meminimalkan tingkatan biaya modal alhasil nilai perusahaan bisa dioptimalkan.

3. EVA membuat eksekutif mementingkan atensi pada aktivitas yang menghasilkan nilai serta menilai kemampuan berdasar patokan memaksimumkan nilai perusahaan. 

4. EVA bisa dipakai untuk mengidentifikansikan aktivitas ataupun praktek yang membagikan pengembalian yang lebih besar dari pada biaya modal.

5. EVA akan menyebabkan perusahaan untuk lebih mencermati kebijaksanaan bentuk modal.


Metode EVA ini pula menyoalkan supaya para manager berperan dari titik penglihatan pemilik perusahaan sebab bersumber pada sesuatu riset mengenai EVA oleh Kenneth Lehn serta Anill K Makhija sebagai berikut (Lehn, Makhija, 1996: 34- 38):

1. EVA berkorelasi positif dengan tingkatan pengembalian pemodalan dalam saham.

Dengan begitu para pemegang saham akan mendapatkan pemasukan yang lebih besar apabila EVA perusahaan kepunyaan mereka bertambah.

2. EVA berkorelasi minus dengan tingkatan rotasi arahan eksekutif perusahaan. Data- data membuktikan kalau perusahaan- perusahaan yang mempunyai EVA di dasar median pabrik mempunyai tingkatan rotasi sebesar 19, 3 Persen sebaliknya perusahaan- perusahaan yang mempunyai EVA diatas median pabrik cuma mempunyai tingkatan rotasi sebesar 9 Persen, alhasil layaklah bila para arahan eksekutif perusahaan bersaingan tingkatkan EVA untuk melindungi posisi mereka yang biasanya diiringi dengan gaji yang menggoda.

3. EVA menolong para manajemen puncak perusahaan untuk mementingkan aktivitas upaya mereka, ialah mendapatkan EVA setinggi bisa jadi supaya para pemegang saham memperoleh pemasukan yang maksimum. Fokus ini amat menolong kurangi konflik yang umum terjalin antara pihak manajemen serta pemilik perusahaan.

Dengan begitu konsep EVA sanggup mendesak eksekutif untuk memaksimumkan EVA bila mau tingkatkan nilai perusahaan. Tidak hanya itu sebagai juru ukur kemampuan perusahaan, EVA pula dengan cara langsung membuktikan seberapa besar perusahaan sudah menghasilkan nilai untuk pemilik modal, perihal ini pula berhubungan dengan melonjaknya pemahaman eksekutif kalau tugasnya merupakan untuk memaksimumkan nilai perusahaan dan tingkatkan nilai pemegang saham serta bukannya untuk menggapai tujuan lain.

Next Post Previous Post