Kepemimpinan, Karakteristik Pekerjaan dan Kepuasan Kerja

Berhasil tidaknya sesuatu organisasi sangat bergantung dari mutu sumber daya manusia yang dipunyai sebab sumber daya manusia yang bermutu merupakan sumber daya manusia yang sanggup berprestasi optimal. Kepuasan kerja memiliki peranan berarti terhadap prestasi kerja karyawan, kala seseorang karyawan merasakan kepuasan dalam bekerja hingga seseorang karyawan hendak berupaya semaksimal bisa jadi dengan segenap keahlian yang dipunyai buat menuntaskan tugasnya, yang kesimpulannya hendak menciptakan kinerja serta pencapaian yang baik untuk industri.

Photo by Vojtech Okenka: Via Pexels

Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja memiliki pengaruh yang lumayan besar terhadap produktivitas organisasi baik secara langsung ataupun tidak langsung. Ketidakpuasan ialah titik dini dari masalah- masalah yang timbul dalam organisasi semacam kemangkiran, konflik manager- pekerja serta perputaran karyawan. Dari sisi pekerja, ketidakpuasan bisa menimbulkan menyusutnya motivasi, menyusutnya moril kerja, serta menyusutnya tampilan kerja baik secara kualitatif ataupun secara kuantitatif.

Kepuasan bisa diformulasikan selaku reaksi universal pekerja berbentuk sikap yang ditampilkan oleh karyawan selaku hasil anggapan menimpa hal- hal yang berkaitan dengan pekerjaannya. Seseorang pekerja yang masuk serta bergabung dalam sesuatu organisasi memiliki seperangkat kemauan, kebutuhan, hasrat serta pengalaman masa kemudian yang menyatu serta membentuk sesuatu harapan yang diharapkan bisa dipadati di tempatnya bekerja. 

Kepuasan kerja ini hendak didapat apabila terdapat kesesuaian antara harapan pekerja serta realitas yang didapatkan ditempat bekerja. Anggapan pekerja menimpa hal- hal yang berkaitan dengan pekerjaannya serta kepuasan kerja mengaitkan rasa nyaman, rasa adil, rasa menikmati, rasa bergairah, status serta kebanggaan. 

Dalam anggapan ini pula dilibatkan suasana kerja pekerja yang bersangkutan yang meliputi interaksi kerja, keadaan kerja, pengakuan, ikatan dengan atasan, serta peluang promosi. Tidak hanya itu di dalam anggapan ini pula tercakup kesesuaian antara keahlian serta kemauan pekerja dengan keadaan organisasi tempat bekerja yang meliputi tipe pekerjaan, atensi, bakat, pemasukan serta insentif.

Bagi Locke dalam Munandar (2001: 350) tenaga kerja yang puas dengan pekerjaannya merasa bahagia dengan pekerjaannya. Kepercayaan kalau karyawan yang terpuaskan hendak lebih produktif daripada karyawan yang tidak terpuaskan ialah sesuatu ajaran bawah diantara para manajer sepanjang bertahun- tahun (Robbins, 2001: 26).

Bagi Strauss serta Sayles dalam Handoko (2001: 196) kepuasan kerja pula berarti buat aktualisasi, karyawan yang tidak mendapatkan kepuasan kerja tidak hendak sempat menggapai kematangan psikologis, serta pada gilirannya hendak jadi frustasi. Karyawan yang semacam ini hendak kerap melamun, memiliki semangat kerja yang rendah, kilat letih serta bosan, emosi tidak normal, kerap absen serta melaksanakan banyak aktivitas yang tidak terdapat hubungannya dengan pekerjaan yang wajib dicoba. 

Sebaliknya karyawan yang memperoleh kepuasan kerja umumnya memiliki catatan kedatangan serta perputaran kerja yang lebih baik, kurang aktif dalam aktivitas serikat karyawan, serta kadang- kadang berprestasi bekerja lebih baik daripada karyawan yang tidak mendapatkan kepuasan kerja. Oleh sebab itu kepuasan kerja memiliki makna berarti baik untuk karyawan ataupun industri, paling utama sebab menghasilkan kondisi positif di dalam area kerja industri.

Kepuasan kerja ialah hasil totalitas dari derajat rasa suka ataupun tidak sukanya tenaga kerja terhadap bermacam aspek dari pekerjaannya. Dengan kata lain kepuasan mencerminkan perilaku tenaga kerja terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja dipengaruhi oleh sebagian aspek ialah karakteristik pekerjaan, pendapatan, penyeliaan, rekan- rekan sejawat yang mendukung serta keadaan kerja yang mendukung. (Munandar, 2001: 357).

Kepemimpinan

Kenaikan kepuasan kerja karyawan pada sesuatu organisasi tidak dapat dilepaskan dari peranan pemimpin dalam organisasi tersebut, kepemimpinan ialah kunci utama dalam manajemen yang memainkan kedudukan berarti serta strategis dalam kelangsungan hidup sesuatu industri, pemimpin ialah penyebab tujuan, merancang, mengorganisasikan, menggerakkan serta mengatur segala sumber daya yang dipunyai sehingga tujuan industri bisa tercapai secara efisien serta efektif. 

Kepemimpinan manajerial bisa didefinisikan selaku sesuatu proses pengarahan serta pemberian pengaruh pada kegiatan- kegiatan dari sekelompok anggota yang silih berhubungan tugasnya (Handoko, 2001: 291). 

Oleh karena itu pemimpin sesuatu organisasi industri dituntut buat senantiasa sanggup menghasilkan keadaan yang sanggup memuaskan karyawan dalam bekerja sehingga diperoleh karyawan yang tidak cuma sanggup bekerja hendak namun pula bersedia bekerja kearah pencapaian tujuan industri. Mengingat industri ialah organisasi bisnis yang terdiri dari orang- orang, hingga pimpinan sepatutnya bisa menyelaraskan antara kebutuhan- kebutuhan orang dengan kebutuhan organisasi yang dilandasi oleh ikatan manusiawi (Robbins, 2001: 18). 

Sejalan dengan itu diharapkan seseorang pimpinan sanggup memotivasi serta menghasilkan keadaan sosial yang menguntungkan tiap karyawan sehingga tercapai kepuasan kerja karyawan yang berimplikasi pada meningkatnya produktivitas kerja karyawan.

Karakteristik Pekerjaan

Karakteristik pekerjaan ialah salah satu aspek yang bisa pengaruhi kepuasan kerja karyawan, model karakteristik pekerjaan (job characteristics models) dari Hackman serta Oldham (1980) merupakan sesuatu pendekatan terhadap pemerkayaan jabatan (job enrichment) yang dispesifikasikan kedalam 5 ukuran karakteristik inti ialah keragaman ketrampilan (skill variety), Jati diri dari tugas (task identity), signifikansi tugas (task significance), otonomi (autonomy) serta umpan balik (feed back). 

Tiap ukuran inti dari pekerjaan mencakup aspek besar modul pekerjaan yang bisa pengaruhi kepuasan kerja seorang, terus menjadi besarnya keragaman kegiatan pekerjaan yang dicoba hingga seorang hendak merasa pekerjaannya terus menjadi berarti. 

Apabila seorang melaksanakan pekerjaan yang sama, simpel, serta berulang- ulang hingga hendak menimbulkan rasa kejenuhan ataupun kebosanan. Dengan berikan kebebasan pada karyawan dalam menanggulangi tugas- tugasnya hendak membuat seseorang karyawan sanggup menampilkan inisiatif serta upaya mereka sendiri dalam menuntaskan pekerjaan, dengan demikian desain kerja yang berbasis ekonomi ini ialah guna serta aspek individu. 

Kelima karakteristik kerja ini hendak pengaruhi 3 kondisi psikologis yang berarti untuk karyawan, ialah hadapi arti kerja, memikul tanggung jawab hendak hasil kerja, serta pengetahuan hendak hasil kerja. Kesimpulannya, ketiga keadaan psikologis ini hendak pengaruhi motivasi kerja secara internal, mutu kinerja, kepuasan kerja serta ketidakhadiran serta perputaran karyawan.

Karakteristik pekerjaan seseorang karyawan jelas nampak desain pekerjaan seseorang karyawan. Desain pekerjaan memastikan gimana pekerjaan dicoba oleh sebab itu sangat pengaruhi perasaan karyawan terhadap suatu pekerjaan, seberapa pengambilan keputusan yang terbuat oleh karyawan kepada pekerjaannya, serta seberapa banyak tugas yang wajib dirampungkan oleh karyawan.

Rendahnya kepuasan kerja bisa memunculkan bermacam akibat negatif semacam mangkir kerja, mogok kerja, kerja lamban, pindah kerja serta kehancuran yang disengaja. Karyawan yang tingkatan kepuasannya besar hendak rendah tingkatan kemangkirannya serta demikian kebalikannya, organisasi- organisasi dengan karyawan yang lebih terpuaskan cenderung lebih efisien dari pada organisasi- organisasi dengan karyawan yang tidak terpuaskan sehingga bisa tingkatkan produktivitas organisasi serta salah satu pemicu munculnya kemauan pindah kerja merupakan kepuasan pada tempat kerja saat ini.( Robbins 2001).

Next Post Previous Post